Tak banyak yang menyampaikan
kata-kata itu padaku, tidak sangat mengenakkan hidup berkesendirian.
Kita harus menyadari dan
mensyukuri, terlahirnya kita menjadi seorang yang pendiam bukanlah sesuatu
“aib” minimal dengan diammu menjadikanmu menjaga lisan, meminimalisir ucapan
yang sia-sia.
Tidak juga buruk bagi kamu yang
bersepi menyendiri. Setidaknya kamu menghindari lelahnya dari penilaian
manusia, menenangkan dari fitnah dunia, berkontemplasi, mentadaburi makna hidup
yang terlewati.
Kamu yang pendiam,,
Hanya saja perlu kau tahu dengan
diammu, keterasinganmu menjadikanmu tidak pandai bersosialisasi, tak punya
banyak teman yang mengelilingi.
Namun janganlah khawatir.. ! karena sebenarnya kamu tidak
sedang sendiri, selalu ada yang membersamaimu. Bukankah Tuhan selalu
mengawasi?, malaikat yang siap akan mencatat perbuatanmu?.
Selain itu, kan masih ada
buku-buku berjejeran di pustaka kecilmu ada hewan dan tumbukan yang
menggemaskan, yang bisa kau sapa setiap saat. Ada mimpi-mimpimu sebagai
penyemangat, dan ada alam semesta yang bisa menjadi teman mendekap dalam taat,
begitu sangat dekat, dekat sekali hingga jiwa ini merasa baik-baik saja.
Ketahuilah kehidupan ini akan
menghargai kita selaras dengan cara kita menghargai diri sendiri. Jika
pandangan kita terhadap diri sendiri adalah terhormat dan agung, maka dunia
akan sangat menghargai kita dan selalu melantunkan senandung keagungan kepada
kita. namun, jika kita memandang hidup kita ini dengan pandangan yang sinis dan
tak berarti, maka kita tak ubahnya seperti ribuan manusia lainnya, yang hanya
menjadi manusia pinggiran. Bangun dan bangkitlah, tak mengapa kamu pendiam,
menyendiri sungguh di depan kita telah terbentang tujuan hidup yang harus kita
selesaikan.
Tak banyak yang tahu juga bahwa
menyendirinya kamu cara terbaikmu menenangkan diri, untuk melakukan pengamatan
terhadap diri sendiri dan mencari jalan keluar tentang apa yang dirasa.
Diamnya kamu juga tak hanya
sebagai larian belaka, namun untuk melakukan intropeksi diri dengan baik,
merancang langkah-langkah selanjutnya dan memutuskan hal-hal yang harus
dilakukan.
Kita belajar dari sosok sahabat baginda Rasulullah yakni Ali
bin Abi Thalib “Ambillah kesempatan untuk menyendiri”.
Semoga kita bisa terus bersama
menatap semesta, berjalan, belajar, mengajak, memeluk dalam taat akan
ciptaan-Nya. Karena sesungguh nya, sendiri bukan berarti sepi, sendiri bukan
juga hampa. Karena sejatinya Allah Ta’ala selalu bersama dengan hambaNya,
setiap masa.
#YWC#GTC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar